ALIH BAHASA/TRANSLATE

Selasa, 07 Januari 2020

HUKUM MEMBACA AL FATIHAH BAGI MAKMUM

loading...




Bismillah afwan umm ada titipan pertanyaan dari teman, bagaimana hukum bacaan Al-Fatihah ketika menjadi makmum.....??


Rasûlullâh _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ bersabda. Dari ‘Ubadah bin Ash Shaamit Radhiyallahu ‘anhu,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

 "Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al Fatihah."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bacaan Al Fatihah adalah Rukun Shalat bagi setiap orang yang shalat, baik itu bagi Imam, atau  Makmum, dan Munfarid (orang yang shalat sendiri).
Baik dalam Shalat Jahriyah (bacaan yang dikeraskan), maupun Sirriyah (bacaan pelan).

Dan kadang imam dalam Shalat Jahriyyah setelah bacaan Al Fatihah, berhenti sejenak dengan maksud memberikan kesempatan bagi makmum untuk membaca Al Fatihah. Dan yang benar dalam masalah ini, hanya berhenti sejenak untuk menarik nafas untuk bacaan selanjutnya. Adapun jika imamnya tidak berhenti lama setelah bacaan Al Fatihah, maka makmum tetap harus membaca Al Fatihah. Walaupun imam sedang membaca surah. Karena ini yang diperintahkan oleh Nabi _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ kepada para shahabatnya dalam Shalat Fajar.

Diriwayatkan Abu Dawud, dari 'Ubadah bin Shamit _Radhiyallahu 'anhu_ berkata;

كُنَّا خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ ، فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ : ( لَعَلَّكُمْ تَقْرَءُونَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ ! قُلْنَا : نَعَمْ ، يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ : لَا تَفْعَلُوا إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ ، فَإِنَّهُ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا

"Dahulu kami shalat di belakang Rasulullah _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ dalam Shalat Fajar. Maka Rasulullah _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ membacanya sehingga berat bagi Beliau karena (ada) bacaan (lain). Ketika selesai, Beliau bersabda, 'Boleh jadi kalian semua membaca di belakang imam!'

Kami menjawab, 'Iya, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Jangan kalian lakukan kecuali Fatihatul Kitab (Surat Al Fatihah), karena tidak ada shalat bagi orang yang tidak membacanya'."
(Dihasankan oleh Tirmidzi, dan dishahihkan Baihaqi, Khatthabi, dan lainnya)

Dan ini dalil (tegas) diwajibkan bacaan Al Fatihah bagi makmum di belakang imam dalam  shalat jahriyah (yang dikeraskan seperti Shalat Maghrib, 'Isya, dan Shubuh)

Asy Syaikh Ibnu 'Utsaimin _Rahimahullah_ mengatakan,

"فإن قيل : إذا كان الإمام لا يسكت فمتى يقرأ المأموم الفاتحة ؟
فنقول : يقرأ الفاتحة والإمام يقرأ ؛ لأن الصحابة كانوا يقرؤون مع الرسول صلى الله عليه وسلم فقال : ( لا تفعلوا إلا بأم القرآن ؛ فإنه لا صلاة لمن لم يقرأ بها ) " انتهى .

"Jika dikatakan, kalau imamnya tidak berhenti, kapan makmum membaca Al Fatihah.....?

Maka kita katakan, makmum membaca Al Fatihah meskipun imam membaca surah. Karena para shahabat dahulu mereka membaca bersama Rasulullah _Shallallahu 'alaihi wa Sallam,_ maka Rasulullah bersabda, 'Jangan lakukan kecuali dengan Ummul Qur-an. Karena tidak ada shalat bagi orang yang tidak membacanya'.”

Fatawa Arkanul Islam, hal. 322


Artikel Yang Wajib di Baca Bagi Setiap Kaum Muslimin RINTIHAN NABI MUHAMMAD SAW TENTANG PERISTIWA AKHIR ZAMAN


Dan bacaan Al Fatihah bagi makmum itu tidak akan gugur kecuali di dua keadaan:

1. Ketika mendapati imam dalam kondisi ruku', lalu dia ruku' bersamanya. Maka dia mendapatkan satu rakaat meskipun dia tidak membaca Al Fatihah.

Yang menunjukkan akan hal itu adalah, hadits Abu Bakrah _Radhiyallahu 'anhu;_ bahwa Beliau berjalan untuk bergabung dalam barisan (shaf) shalat Nabi _Shallallahu ’alaihi wa Sallam_ yang dalam kondisi ruku', sementara dia sendiri telah ruku' sebelum sampai ke shaf. Ketika hal itu disampaikan kepada Nabi _Shallallahu ’alaihi wa Sallam_, Beliau bersabda,

زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلا تَعُدْ

"Semoga Allah menambah semangat Anda, tapi jangan Anda ulangi (perbuatan tersebut).”
(HR. Bukhari)

Dari dalil ini dipahami sisi pendalilan..:

أنه لو لم يكن إدراك الركوع مجزئاً لإدراك الركعة مع الإمام لأمره النبي صلى الله عليه وسلم بقضاء تلك الركعة التي لم يدرك القراءة فيها , ولم ينقل عنه ذلك , فدل على أن من أدرك الركوع فقد أدرك الركعة .

انظر : "سلسلة الأحاديث الصحيحة" (230) .

Kalau saja mendapatkan ruku' beserta imam tidak dianggap (satu rakaat), maka Nabi _Shallallahu ’alaihi wa Sallam_ akan memerintahkannya untuk mengqadha rakaat yang tidak mendapatkan bacaan (Al Fatihah) di dalamnya. Akan tetapi tidak ada riwayat yang menerangkan hal tersebut (perintah dari Nabi). Hal itu menunjukkan bahwa siapa yang mendapatkan ruku'nya imam, maka dia telah mendapatkan satu rakaat.

Silakan merujuk pada Silsilah Al Ahadits As-Shahihah, 230


Penting Juga Untuk Di Ketahui Bukti Bahwa PARA PEMENANG ITU ADALAH KAUM MUKMININ BUKAN MUSLIMIN Berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah


2. Jika dia masuk bersama imam dalam shalat sebelum ruku', namun tidak memungkinkan baginya menyempurnakan membaca Al Fatihah. Maka dia ruku' bersama imam dan tidak perlu menyempurnakan Al Fatihah. Dia tetap dianggap mendapatkan satu rakaat.

Dan Asy Syaikh bin Baaz _Rahimahullah pernah ditanya,

إذا دخلت في الصلاة قبيل الركوع بقليل ، فهل أشرع في قراءة الفاتحة أو أقرأ دعاء الاستفتاح ؟ وإذا ركع الإمام قبل إتمام الفاتحة فماذا أفعل ؟

فأجاب :

" قراءة الاستفتاح سنة وقراءة الفاتحة فرض على المأموم على الصحيح من أقوال أهل العلم ، فإذا خشيت أن تفوت الفاتحة فابدأ بها ومتى ركع الإمام قبل أن تكملها فاركع معه ويسقط عنك باقيها لقول النبي صلى الله عليه وسلم : ( إنما جعل الإمام ليؤتم به ، فلا تختلفوا عليه ، فإذا كبر فكبروا ، وإذا ركع فاركعوا ) متفق عليه " انتهى .

"Jika  saya masuk shalat sebelum ruku', apakah saya mulai membaca Al Fatihah atau membaca Doa Istiftah...? Kalau imam ruku' sebelum saya selesai membaca Al Fatihah, apa yang (harus) saya lakukan?"

Beliau menjawab;

”Bacaan Istiftah sunnah, dan bacaan Al Fatihah wajib untuk makmum menurut pendapat terkuat di antara kalangan ahli ilmu. Jika kamu khawatir tidak sempat membaca Al Fatihah, maka mulailah membacanya, namun ketika imam ruku' sebelum kamu menyelesaikannya, maka ruku'lah bersama imam, dan ketika itu gugur bagi kamu sisa bacaan Al Fatihah, berdasarkan sabda Nabi _Shallallahu ’alaihi wa Sallam;_

إِنَّمَا جُعِلَ اْلإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ ، فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا ، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا. (متفق عليه)

"Sesungguhnya dijadikan Imam agar diikutinya, maka janganlah kalian semua menyelisihinya. Jika takbir, maka takbirlah kamu semua, dan ketika ruku', maka ruku'lah kamu semua".
(Muttafaq 'alaih)

Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11/243-244


Dan Lajnah Daimah ditanya,

 إذا أدرك المصلي الجماعة وكان الإمام يقرأ القرآن بعد الفاتحة في صلاة جهرية كالمغرب مثلا فهل يقرأ هو الفاتحة أم لا يقرأ ؛ وإذا أدرك الإمام واقفاً فقرأ الحمد لله رب العالمين فقط ثم كبر الإمام فهل يركع هو الآخر أم يتم القراءة ؟

فأجابت :

" قراءة الفاتحة في الصلاة واجبة على الإمام والمنفرد والمأموم , في سرية أو جهرية ؛ لعموم أدلة قراءة الفاتحة في الصلاة ، ومن جاء إلى الجماعة وكبر مع الإمام لزمه قراءتها , فإن ركع الإمام قبل إكماله لها وجبت عليه متابعته , وأجزأته تلك الركعة ، كما أن من أدرك الإمام في الركوع إدراكا كاملاً أجزأته تلك الركعة التي أدرك الإمام في ركوعها , وذلك على الصحيح من قولي العلماء , وسقطت عنه الفاتحة , لعدم تمكنه من قراءتها ، لحديث أبي بكرة المشهور المخرج في صحيح البخاري " انتهى .

"Jika seorang yang shalat mendapatkan jama’ah saat imam sedang membaca Al Qur-an setelah Al Fatihah dalam shalat jahriyah, seperti Shalat Maghrib. Apakah dia harus  membaca Al Fatihah, atau tidak membacanya? Kalau dia mendapatkan imam sedang berdiri, kemudian ketika dia baru saja membaca _'Alhamdulillahi rabbil ‘alamin’_, lalu imam takbir (untuk ruku'). Apakah dia (mengikuti) ruku' atau menyempurnakan bacaannya?"

Mereka menjawab;

”Bacaan Al Fatihah dalam shalat adalah Wajib bagi Imam, Munfarid (shalat sendirian), dan Makmum. Baik dalam Shalat Sirriyyah (shalat bacaan pelan) atau Jahriyah (bacaan keras). Berdasarkan keumuman dalil perintah membaca Al Fatihah dalam shalat. Siapa yang datang shalat jama’ah dan takbir bersama imam, dia diharuskan membacanya.

Kalau imam ruku' sebelum dia menyempurnakan (Al Fatihah), maka diwajibkan untuk mengikuti imam, dan dianggap baginya mendapatkan rakaat tersebut. Maka, sebagaimana seseorang mendapatkan imam dalam dalam kondisi ruku' secara sempurna, maka diterima pula baginya apabila mendapatkan sebagian dari Al Fatihah sebelum ruku' bersama imam. Hal ini menurut pendapat yang kuat dari para 'Ulama.

Kewajiban membaca Al Fatihah baginya gugur, karena tidak memungkinkan baginya untuk membacanya, berdasarkan hadits Abu Bakrah yang terkenal dan yang dikeluarkan dalam Shahih Bukhari.”

Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 6/387


Dan Asy Syaikh Al 'Utsaimin _Rahimahullah_ ditanya,

 عن مأموم دخل الصلاة بعد انتهاء تكبير الإمام للإحرام وقراءته للفاتحة , ثم شرع في القراءة ولكن ركع الإمام فهل يركع المأموم أو يكمل قراءة الفاتحة ؟

فأجاب :

" إذا دخل المأموم والإمام يريد أن يركع , ولم يتمكن المأموم من قراءة الفاتحة , إن كان لم يبق عليه إلا آية أو نحوها بحيث يمكنه أن يكملها ويلحق الإمام في الركوع فهذا حسن , وإن كان بقي عليه كثير بحيث إذا قرأ لم يدرك الإمام في الركوع فإنه يركع مع الإمام وإن لم يكمل الفاتحة " انتهى .

"Tentang makmum yang masuk shalat setelah imam selesai takbiratul ihram dan membaca Al Fatihah. Kemudian dia memulai membaca Al Fatihah, akan tetapi imamnya ruku'. Apakah makmum ikut ruku' atau menyempurnakan bacaan Al Fatihah?"

Beliau menjawab; “Jika makmum masuk shalat sementara imam ingin ruku', dan tidak memungkinkan bagi makmum untuk membaca Al Fatihah. Kalau tinggal satu ayat atau semisalnya dan masih mungkin baginya menyempurnakannya, maka dia sempurnakan dahulu, lalu menyusul imam ruku', hal ini baik. Tapi kalau masih tersisa banyak ayat, yang apabila dia baca seluruhnya tidak akan mendapatkan ruku'nya imam, maka dia ruku' bersama imam, meskipun tidak menyempurnakan Al Fatihah."

Majmu’ Fatawa Ibnu 'Utsaimin, 15/106


Adapun firman Allah Ta’ala;

وإذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا

“Dan apabila dibacakan Al Qur-an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang.”
(QS. Al A’raf: 204)

Sebagian orang berdalilkan (dengan itu) jika Imam membaca Ayat, apakah itu Al Fatihah atau Surah, maka harus diam.

Maka jawabannya adalah;

Ayat ini umum, kemudian  dikhususkan untuk selain Al Fatihah. Maksudnya, bahwa wajib diam untuk mendengarkan bacaan Qur-an Imam dalam shalat, kecuali kalau makmum membaca Al Fatihah saja. Dengan dalil sabda Rasulullah _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_, ”Jangan lakukan kecuali Fatihatul Kitab. Karena tidak ada shalat bagi orang yang tidak membacanya.”
Hal itu terjadi pada Shalat Fajar (Shubuh). Dan ia termasuk Shalat Jahriyah (mengeraskan suaranya) sebagaimana yang telah diketahui. Sehingga makmum diperintahkan diam, kecuali dari bacaan Al Fatihah.

Adapun sabda Nabi _Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,_

من كان له إمام فقراءة الإمام له قراءة

 "Barangsiapa yang shalat di belakang Imam, bacaan Imam menjadi bacaan untuknya.”

Sehingga dijadikan dalil bahwa makmum tidak perlu lagi membaca, maka jawabannya:

_Hadits ini dikritik oleh para 'Ulama Ahli Hadits, bahwa hadits tersebut *Dhaif*._

Lihat dalam Fat-hul Baari Ibnu Hajar 2/285

Di Susun oleh:

 Abu Hanan As-Suhaily  Utsman As Sandakany

MOHON DI SHARE SEBANYAK BANYAKNYA AGAR TEMAN, SAUDARA SAUDARI KITA JUGA MENDAPATKAN MANFAAT DARI POSTINGAN INI.

TERIMA KASIH


🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾

Ikuti NashihatuLinnisa' di TELEGRAM
https://t.me/Nashihatulinnisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar